6.7.08

RUANG SHOLAT

Pekerjaan ini dimulai bukan dengan dana ratusan juta hingga milyaran rupiah, pun bukan berada di lokasi yang strategis perkotaan tapi sebaliknya. Berlokasi di daerah pinggir utara Jogja, berada dibelakang rumah belakang bersebelahan dengan kebun Anggrek dengan hamparan rumput di halamannya. Tapi ada hal yang tidak bisa untuk menolaknya ketika proyek ini diajukan kepada kami adalah cerita dan keinginan dibalik si empunya rumah. Keinginan si pemilik rumah untuk memiliki ruang sederhana ketika mereka kembali dari kegiatannya berativitas diluar negeri. Kerinduannya pada keluarga dan kampung halamannya akan terbayar oleh ruang sholat dan ruang dapur yang diingininya, mengingat dua ruang inilah yang telah mengajarkan dan memberikan banyak hal tentang kehidupan kepadanya, kesalehan dan kesuksesannya ditempa oleh bapak ibunya dari kedua ruang ini. Sejauh-jauh perjalanan hidup, tetap bertitik tolak mulih neng omah (=kembali ke rumah) adalah pijakan kami dalam mengerjakan proyek ini. Pulang ke kampung halaman sebagai tradisi kembali ke khitah bermakna pula kembali ke tempat kelahiran. Sekeras-keras perjuangan hidup, tetap berpijak kembali ke asal, tempat ia tinggal pada awal kelahiran. Omah (=rumah) menyediakan kehangatan, kenyamanan hidup dan senantiasa memiliki ruang khusus untuk berkhusyuk diri; saat ia berunjuk diri untuk maju menghadap ke hadirat Ilahi,memanggil ingatan kembali kodrat kemanusiaannya.

Hikmah dari kesederhanaan proyek ini adalah sejauh apapun perjalanan dan perjuangan hidup memerlukan ruang bertumpu dalam keheningan doa. Ruang sholat bermakna sebagai tempat undur diri dari segenap pergulatan hidup keseharian. Dalam kesemarakan hidup keduniawian segala atribut diri dilepas dalam ruang ini untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Ruang yang selalu melekat dihati. Cerminan hati di tempat ia tinggal.

Tidak ada komentar: