7.12.07

TARI KECAK

PENGIRING UPACARA PENGUSIR WABAH

Berlawanan dengan kepercayaan, tarian Kecak itu sendiri tidak begitu tua (tarian modern). Lagunya diambil dari ritual tarian Sanghyang kuno, yang sampai hari ini masih dilakukan beberapa desa. Selama tarian Sanghyang, seseorang akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.

Tarian ini adalah satu tarian yang sangat unik. karena tidak diiringi dengan musik Bali atau “gamelan” seperti halnya tarian yang lain. Tari kecak ditarikan oleh lebih dari 50 orang yang kebanyakan laki-laki. Kata kecak berasal dari kata “cak” yang diucapkan secara beramai-ramai dan dengan irama yang sangat indah untuk didengarkan.Kisah cerita dari tarian ini adalah kisah percintaan (love story), yang diambil dari kisah pewayangan “Ramayana”. Ini menceritakan Dewi Shinta (istri dari Sang Rama Dewa), diculik oleh raja raksasa yaitu “Rahwana”, untuk dijadikan istrinya. Rama dibantu oleh “Hanoman” si kera putih, berusaha mendapatkan istrinya kembali. Pada saat itulah ada banyak sekali masalah dan konflik-konflik yang dihadapi oleh Rama maupun Shinta dan juga para pembantunya. Singkat cerita akhirnya Dewi Shinta kembali kepelukan Sang Rama Dewa. Tarian ini diakhiri dengan Tari “Sang Hyang Jaran” atau tari api. Dimana seorang penari dengan menunggang kuda-kudaan, menari diatas api yang membara, namun tak sedikitpun bagian tubuhnya yang terbakar. Karena sebelumnya telah dimasuki oleh “roh halus”. Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak * bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

*) Wayan Limbak, koreografer tari kecak, meninggal pada Jumat (5/9) 2003 pukul 21.00 Wita di sebuah rumah sakit di Bali menyusul serangan stroke. Seniman tari yang tetap bersemangat di usia lanjut ini mencapai usia 105 tahun.






















Photo Credit : Alex Lea, Brian J. Mc Morrow

Tidak ada komentar: